Nelson Mandela, yang patut dikutip sebagai cambuk motivasi Perjuangan pembebasan

militandfreewestpapua
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world."Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia."..
“…. I learned that courage was not the absence of fear, but the triumph over it. The brave man is not he who does not feel afraid, but he who conquers that fear,” ("Saya belajar bahwa keberanian itu bukanlah ketiadaan rasa takut, tetapi kemenangan di atasnya. Pria pemberani bukanlah orang yang tidak merasa takut, tetapi dia yang berhasil menghadapi rasa takutnya.")
Dua kutipan di atas, hanyalah sekian dari banyaknya pernyataan Nelson Mandela, yang patut dikutip sebagai cambuk motivasi.
Nelson Rolihlahla Mandela wafat pada 5 Desember 2013, di usianya yang ke-95, karena infeksi saluran pernapasan.
Sosok Mandela dikenal sebagai pemimpin berkarakter tenang dan penuh kedamaian. Pertama kali dunia mulai menyadari karismanya adalah ketika ia dipenjara dan menjadi simbol oposisi terhadap politik apartheid—segregasi ras di Afrika Selatan yang membuat orang-orang kulit hitam ditindas supremasi kulit putih. Hak politik orang-orang Afrika kulit hitam dirampas kulit putih yang membentuk pemerintahan berdasarkan warna kulit.
Pada 5 Agustus 1962, Mandela ditahan. Ia didakwa menghasut para buruh melakukan mogok kerja dan protes.
Dakwaan lainnya adalah karena pernah meninggalkan negara tanpa izin. Di usia 44 tahun itu, ia divonis penjara seumur hidup. Tapi, meski raganya di penjara, perjuangan Mandela melawan apartheid terus berlanjut. Media dan para pejuang anti-apartheid membingkai sosoknya jadi simbol perjuangan yang kemudian menyita perhatian dunia internasional.
“Reputasi buruk” di mata pemerintahan kulit putih Afrika Selatan sudah lekat dalam sosok Mandela sejak ia masih mahasiswa. Ia mengambil jurusan hukum di University of Fort Hare dan University of Witwaterstrand, sebelum akhirnya bekerja sebagai pengacara di Johannesburg. Di kampus, ia belajar tentang kesetaraan sekaligus kekeliruan rezim apartheid di Tanah Afrika Selatan.
Pada 1943, Mandela memulai karier politiknya saat bergabung dengan African National Congress (ANC). Di sana ia makin menonjol ketika terlibat dalam Kampanye Bantahan Melawan Ketidakadilan Hukum (Defiance Campaign of Unjust Law) 1952 dan Kongres untuk Rakyat 1955.
Sebenarnya, pada masa-masa itu, Mandela beberapa kali hendak dijebloskan ke penjara karena dianggap menghasut, tetapi lolos dari dakwaan. Salah satunya dalam Pengadilan Pengkhianatan 1956—sebuah pengadilan yang mendakwa 156 orang dengan tuduhan mengkhianati negara.
Penjara baru berhasil mengekang tubuhnya enam tahun kemudian. Kali ini, ia harus mendekam dalam bui 27 tahun lamanya.
Baru pada 1990, ia dibebaskan atas izin Presiden Frederik Willem de Klerk. Keputusan itu diambil de Klerk karena tekanan politik, baik dari dalam maupun luar negeri, dan di bawah ketakutan munculnya perang saudara antarras.
Lagu Free Nelson Mandela yang berjudul asli Nelson Mandela adalah salah satu bentuk tekanan tersebut. Dirilis pada 1984, lagu itu tak cuma berhasil masuk sepuluh besar tangga lagu di Inggris, tapi juga dinyanyikan sebagai lagu tema dalam setiap protes menuntut kebebasan Mandela. Kelak, Free Nelson Mandela kembali masuk tangga lagu ketika ia mangkat.
Tak seperti revolusioner sukses yang lain, Mandela membuktikan sikap demokratisnya dengan menyerahkan kekuasaan pada penggantinya yang terpilih. Ia bukan tipikal revolusioner bak Fidel Castro atau Sukarno, yang ingin terus-menerus berkuasa.
Sikap macam itu membuat kepemimpinan dan karakternya makin dipuja banyak orang. Dalam obituari Mandela di New York Times, ia dinilai sebagai tokoh hebat karena membawa sebuah revolusi dengan damai, tanpa perang dan konflik berkepanjangan.
Ia lantas dikenal sebagai Bapak Afrika Selatan, sebagaimana dicatat Museum Apartheid. Dalam sejumlah foto yang dipajang di sana, perayaan atas perjuangan Mandela terasa hikmat.
Semua informasi tentang kehidupan Mandela sejak lahir hingga wafat direkam di sana: foto-foto, video, karikatur, kliping koran dan majalah, serta beberapa barang pribadi yang pernah dipakai Mandela.
Museum Apartheid sendiri, sebagaimana namanya, dibangun untuk mengenang sejarah apartheid yang pernah berlangsung di bumi Afrika Selatan. Tak hanya berisi semua kenangan sentimental tentang Mandela, museum tersebut juga merekam apa saja yang telah direnggut oleh sejarah kelam segregasi rasial. Pengunjung akan diingatkan langsung sejak di loket tiket melalui pertanyaan: “Mau masuk sebagai orang kulit putih atau kulit hitam?”
Namun, Museum Apartheid sendiri dikritik karena hanya menampilkan sekelumit orang-orang kulit putih anggota ANC dan organisasi anti-apartheid lainnya. Bahkan presentasinya mengeliminasi hampir semua peran Partai Komunis Afrika Selatan yang turut membantu pergerakan ANC. Nelson Mandela pernah bergabung di partai itu, dan menginisiasi Umkhonto we Sizwe (Tombak Bangsa)—sebuah gerakan militan berbasis Marxisme.(*)

Comments